Beberapa minggu lalu, harga beras sempat melambung. Saya yang biasanya membeli beras seharga Rp 7000-Rp 7500 per liter, tiba-tiba harus membeli beras seharga Rp 9000-Rp 10000 per liter. Disinyalir, kenaikan itu disebabkan oleh fluktuasi kenaikan harga BBM dan adanya mafia beras
. Selisih harga Rp 2000-Rp 3000 itu kelihatannya kecil, tapi kalau beli berasnya sekarung ya tidak kecil lagi. Sedangkan uang belanja yang diberikan oleh suami tidak mengalami kenaikan, karena gaji suami pun tidak naik. Pembantu saya saja mengeluh. Biasanya dia bisa mendapatkan beras seharga Rp 6000, kemarin tidak lagi. Pertama kalinya seumur hidup, dia harus memakan beras seharga Rp 9000/ liter.
“Belum makan namanya kalau belum makan nasi,” begitu kata sebagian besar orang Indonesia, jika belum menyentuh nasi dalam sehari. Saya juga begitu. Makanya, saat sekolah anak saya mengumumkan aturan “ONE DAY NO RICE,” saya sempat kelimpungan. Anak saya sekolah di full day school, berangkat pagi, pulang sore. Dari rumah, dia membawa bekal snack pagi dan nasi untuk makan siang. Kalau tidak boleh bawa nasi, makan siangnya pakai apa? Hari pertama peraturan itu diterapkan, saking bingungnya, saya membawakan anak saya bihun. Akibatnya, bihun itu tidak dimakan karena dia tidak suka!
Nasi mengandung karbohidrat sebagai sumber energi. Kalau sudah makan nasi, rasa kenyangnya bisa bertahan hingga berjam-jam karena karbohidrat memang lama diserap tubuh. Kalau kita muntah saja ya, nasi yang kita makan dari lima jam lalu pun bentuknya masih seperti nasi yang baru kita makan. Itu kenapa nasi bisa membuat kenyang. Orang Indonesia tidak cukup hanya makan roti, pasti tidak langsung kenyang. Itu karena terbiasa makan nasi, padahal orang bule sudah cukup makan roti dan mentega, burger, kentang, dan sebagainya. Ketergantungan terhadap nasi membuat kita kelimpungan sendiri begitu harga beras dinaikkan. Nasi adalah makanan pokok dan utama yang harus ada di meja makan pada jam makan pagi, siang, dan sore.
Tak heran, kasus kejadian penyakit diabetes di Indonesia ini paling tinggi di Asia dan masuk 10 besar penderita diabetes terbesar di dunia. Posisi Indonesia ada di nomor tujuh dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta orang
. Menurut Dokter Kartono Muhammad, nasi putih merupakan makanan yang memberikan sumbangan paling besar dibandingkan dengan makanan lain untuk penyakit diabetes, karena mengandung zat karbohidrat dan kadar gula yang tinggi
.
Selain itu, lahan pertanian di Indonesia terus berkurang, karena banyak dikonversi menjadi pemukiman dan bangunan industri
. Generasi muda pun sudah banyak yang malas turun ke sawah. Kelak, mungkin kita akan kesulitan memperoleh nasi kalau tidak disiapkan alternative penggantinya dari sekarang.
Lalu, apa makanan pengganti beras yang juga mengandung karbohidrat dan bisa membuat kenyang? Banyak, sebetulnya. Hanya saja kita perlu membiasakan memakannya agar tidak lagi bergantung pada nasi. Dalam 100 gram nasi terdapat 180 kilokalori energi. Berikut adalah makanan pengganti nasi:
Jagung, mengandung 154 kilokalori dalam 100 gramnya.
Singkong, mengandung 154 kilokalori dalam 100 gramnya.
Kentang, mengandung 64 kilokalori dalam 100 gramnya.
Ubi, mengandung 100 kilokalori dalam 100 gramnya.
Talas, mengandung 120 kilokalori dalam 100 gramnya
.
Uniknya, orang Indonesia menjadikan makanan-makanan di atas sebagai cemilan dan bukannya makanan pokok, padahal ketiganya mengandung kalori yang nyaris setara dengan nasi. Bisa dibayangkan berapa banyak kalori yang masuk ke dalam tubuh jika keempatnya dikonsumsi bersama-sama? Itu mengapa kita harus membiasakan mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung karbohidrat secara terpisah. Sebagai ibu, saya berniat mengolah makanan dari bahan-bahan tersebut secara kreatif, agar anak-anak menyukainya dan bisa menjadi pengganti nasi.
Tentunya, olahan makanan ini juga bisa dijadikan peluang usaha. Saya pernah mendengar ada usaha kuliner berbahan utama singkong dan talas. Mengapa tidak kita coba olah makanan lain dari kentang, ubi, jagung, dan lain-lain? Bagi ibu rumah tangga, berjualan makanan-makanan ini bisa dijadikan tambahan penghasilan. Tahu sendiri kan harga-harga barang mengalami kenaikan sejak subsidi BBM dicabut sedikit demi sedikit, sedangkan gaji suami tidak naik. Saya belum piawai memasak, jadi olahan yang saya buat ini masih untuk konsumsi pribadi dan anak-anak. Bukan tidak mungkin ke depannya nanti saya benar-benar mewujudkan
ide bisnis ini sebagai
peluang usaha yang menjanjikan.
Bahan-bahan pokok pengganti nasi tersebut juga lebih mudah ditanam daripada menanam padi. Di depan rumah, saya sudah menanam singkong. Tetangga saya menanam ubi dan talas. Lain halnya dengan menanam padi, kita membutuhkan lahan yang luas, pengairan yang cukup, dan pengawasan dari hama pengganggu. Ubi kayu (singkong) dilempar ke kebun pun jadi (tumbuh), walaupun akan lebih baik kalau tanahnya digemburkan dulu.
Saya baru mencoba resep Kue Ubi Kubus, yang diperoleh dengan mengolah ubi agar lebih menarik dan enak dinikmati.
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
Dua buah ubi, dikukus lalu dihaluskan.
100 gram tepung terigu
Dua butir telur
150 gram gula pasir
150 gram margarin, dicairkan
Pewarna makanan hijau dan cokelat.
Susu cair cokelat 100 ml.
|
Bahan-bahan yang digunakan |
Cara membuatnya:
Telur dan gula pasir dikocok sampai mengembang, lalu masukkan tepung terigu dan ubi yang sudah dihaluskan sedikit demi sedikit. Tambahkan margarine cair, aduk sampai merata. Pisahkan menjadi dua bagian, dan campur dengan pewarna hijau dan cokelat. Campurkan susu cair cokelat. Aduk rata. Kukus selama 30 menit.
|
Kue Ubi Kukus |
Setelah makanan ini jadi, bagaimana strategi pengembangan idenya? Saya masih harus terus menguji coba resep kue ubi kukus (dan makanan non beras lainnya) yang enak dan lain daripada yang lain. Siapa tahu ke depannya nanti saya bisa menemukan resep yang lebih lezat lagi. Pemasarannya bisa dimulai dari sekitar rumah dulu, seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu tetangga yang menitipkan makanan di beberapa warung. Jadi, selain bisa mengganti nasi dengan makanan lain yang juga kaya karbohidrat, saya juga bisa mendapatkan tambahan uang belanja. Ibu-ibu lain yang lebih jago masak, bisa memikirkan peluang usaha ini dengan lebih kreatif mengolah makanan non beras. Sebenarnya, bahan-bahan makanan di atas bisa dikonsumsi dengan hanya direbus atau digoreng (singkong rebus, ubi rebus, dan lain-lain), tetapi orang-orang jarang yang mau memakannya (apalagi anak kecil) karena penampilannya yang tidak menarik. Buktinya, kue kukus ubi itu disukai oleh anak-anak saya, daripada kalau saya hanya menyajikannya dalam bentuk ubi rebus. Memakan kue ini dua potong saja sudah kenyang.
Barangkali resep kue ubi kukus ini bukanlah hal yang baru, karena saya juga tidak piawai memasak. Setidaknya saya ingin berbagi ide mengenai pentingnya kreativitas mengolah makanan non beras dan menghilangkan ketergantungan pada nasi. Untuk diperhatikan, ketika mengonsumsi kue ubi kukus ini, sebaiknya tidak bersama atau berdekatan waktunya dengan saat memakan nasi. Kue ubi kukus ini bisa dimakan sebagai menu sarapan. Makan siangnya, barulah kita bisa memakan nasi. Makan malam, kita ganti dengan menu non beras lain. Bila kita membiasakan memakan makanan non beras, lambat laun kita bisa rutin mempraktekkan ONE DAY NO RICE, bahkan kalau perlu THREE DAYS NO RICE for a week.