Maulida Rezsha dan Brisbane |
Ketika saya menulis postingan blog ini, saya sedang memandangi tiga draft novel yang belum selesai dari tahun kapan. Entahlah kenapa saya sulit sekali menyelesaikannya? Lah, terus kenapa menulis postingan ini? Siapa tahu saya bisa dapat motivasi untuk diri sendiri. Iya, saya memang sedang malas menulis. Bahkan menulis postingan blog ini pun malasnya luar biasa. Tantangan menjadi penulis terasa berat akhir-akhir ini. Apa sajakah itu? Ada deh hehehe....
Lalu, saya teringat momen-momen ketika menyelesaikan penulisan novel Brisbane dan Dag, Dig, Dugderan. Keduanya saya tulis dalam waktu berdekatan dan sama-sama selesai dalam waktu 3 minggu! Kalau ingat masa-masa itu, seharusnya saya bisa menerapkannya lagi sekarang ya.
Berikut ini hal-hal yang barangkali menjadi penyebab mengapa novelmu belum selesai juga:
- Tidak ada waktu: ini alasan yang klise banget, terutama bagi penulis yang punya pekerjaan lain ya ibu rumah tangga, anak sekolah, mahasiswa, pekerja, dan lain-lain. Pagi hari waktunya mengurus anak-anak. Dua anak sekolah dan satu batita yang suka ikut ke sekolah juga. Bangunin, mandiin, makein baju, siapin bekal, dll. Jadwal saya bertambah pula mengantar si tengah ke sekolah, sejak dua bulan lalu, supaya saya bisa makin lancar naik motor dan menghemat biaya ojek. Pulang dari ngojekin, nggak bisa langsung ngetik karena masih harus nemenin di bungsu yang masih suka gelendotin. Jam 1/2 11 jemput anak lagi, trus ngelonin si bungsu tapi nggak tidur-tidur juga. Tau-tau udah jam makan siang, nyuapin makan anak-anak. Ah, akhirnya saya kecapean dan ikut tidur pas si bungsu tidur. Bangun tidur, masih mengurusi anak-anak sampai malam. Kadang saya dapat waktu menulis ya jam segini, setelah salat Magrib. Tapi itu juga nggak tentu, kalau anak-anak minta ditemani main ya saya nggak ngetik. Nah, ketika menyelesaikan Brisbane dan Dag, Dig, Dugderan, saya menulis di malam hari. Saya paksa bangun jam 1 malam, nulis sambil sesekali menyusui si bungsu. Saya paksa begitu terus setiap hari sampai 3 minggu. Kenapa sekarang nggak bisa ya?
- Tidak fokus: Era media sosial ini membuat pekerjaan penulis bertambah, yaitu bersosialisasi di dunia maya dengan facebook, twitter, blog, instagram, dsb. Itu memang bagus, tapi kalau keseringan ya jadi membunuh produktivitas, dan itu saya rasakan sendiri. Saat menyelesaikan kedua novel itu, saya berusaha menahan diri untuk nggak facebookan kecuali sesekali saja. Trik jitunya adalah, tidak mengisi kuota internet bila sudah habis. Saya hanya mengisinya ketika saya memang sudah ada bahan yang akan ditulis di blog. Fokus memang perlu, Allah Swt saja menyuruh kita khusyuk saat solat, nggak mikirin yang lain. Begitu juga menulis, harus fokus. Saya juga menahan diri ikut lomba blog. Begitu novelnya selesai, baru deh saya ikut lomba blog lagi. Untuk penyegaran.
- Membuat kerangka karangan/ plot/ alur cerita dari awal sampai akhir, jadi ceritanya udah jelas akhirnya seperti apa.
- Menahan diri untuk mengedit sebelum naskahnya selesai: saya punya kebiasaan mengatur-atur judul, font, mengedit sambil menulis, tapi itu cuman bikin naskah saya tersendat-sendat. Maka, saat menulis kedua novel itu, saya nulis ya nulis aja terus. Setelah selesai, baru deh diedit.
- Punya referensi bahan bacaan. Sebelum menulis kedua novel itu, saya membaca novel-novel lain yang sejenis, belajar dari penulis lain.
- Jangan pikirkan mau diterbitkan di mana atau ada yang baca atau enggak: pikiran-pikiran seperti itu cuman menghambat produktivitas. Seperti seseorang yang khawatir nggak dikasih rezeki oleh Allah Swt. Yakinlah, suatu ketika akan ada penerbit yang menerbitkan naskah kita dan orang yang membaca karya kita.
Aaaahggg... bisa nggak ya saya praktekkin tips-tips di atas lagi supaya ketiga draft novel saya ini selesaaai??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar