Blogger bisa kaya? Masa, sih? Blogger kan penghasilannya tidak tentu. Bagaimana bisa kaya? Profesi apa pun bisa membuat kita kaya asal tahu cara mengelola keuangannya. Sudah 3,5 tahun ini saya menjalani profesi sebagai blogger. Tadinya saya ngeblog hanya untuk mendokumentasikan tulisan dan kegiatan. Tidak terpikir menjadikannya sebagai profesi. Sampai kemudian saya bergabung dengan komunitas blogger dan sedikit demi sedikit mengetahui tentang potensi menghasilkan uang dari blog. Nyatanya, sudah banyak pundi-pundi materi dalam bentuk uang dan barang yang saya dapatkan dari ngeblog. Bagaimana caranya?
Mengikuti Lomba Blog
Sebagai blogger pemula, blog saya masih belum banyak dikenal orang. Peluang untuk mendapatkan sponsor pun masih kecil. Cara pertama untuk mendapatkan penghasilan dari ngeblog adalah dengan mengikuti lomba blog. Lomba blog ini ada yang berbentuk kampanye kegiatan sosial, ada yang berbentuk promosi produk sponsor. Untuk bisa menang, tentunya tidak sekali dua kali saya mencoba mengikuti lomba. Bisa dibilang, dari sepuluh lomba, yang menang hanya satu. Walaupun kalah, saya tetap mendapatkan ilmu yang berharga tentang ngeblog.
Apa hadiah dari lomba blog yang sudah saya dapatkan? Alhamdulillah, lumayan, dari gadget, uang tunai, traveling gratis, produk sponsor, perhiasan, dan sebagainya. Jika hadiah berbentuk barang, bisa dipakai sendiri, bisa dijual kembali. Hal ini menjadi penyemangat ngeblog, setelah sebelumnya tak ada pemasukan apa pun dari ngeblog.
|
Gadget, salah satu hadiah dari lomba blog yang saya terima |
Menerima Job Review
Blog yang populer akan dilirik dengan sendirinya oleh Sponsor. Blogger dijadikan salah satu alat pemasaran dari mulut ke mulut. Tulisan di blog diharapkan dapat memperkenalkan produk sponsor kepada pembaca dan kemudian meningkatkan penjualan. Sudah banyak blogger terkenal yang mereguk penghasilan jutaan rupiah dari mereview produk sponsor. Saya juga sudah beberapa kali mereview produk sponsor dalam rangka Job Review (bukan lomba blog), walaupun tarif saya masih kecil-kecilan karena belum termasuk blogger terkenal. Semua itu memang bergantung pada popularitas blogger dan blognya. Semakin rajin ngeblog dan membagikan tulisannya, semakin populerlah blog tersebut. Blogger pun dapat menangguk keuntungan dari popularitas blognya.
Sebelum mendapatkan Job Review, kita harus sudah sering mengulas produk-produk, terutama yang kita pakai, dengan jujur. Bila bagus, jangan sungkan untuk memuji. Bila ada masukan, saran, dan kritik, sampaikanlah dengan baik dan tidak menjatuhkan. Dengan begitu, sponsor pun akan tertarik dengan blog kita. Selain mendapatkan produk gratis, kita juga bisa mendapatkan penghasilan dengan nominal tertentu.
Mendapatkan Penghasilan dari Google Adsense
Google sendiri membuka peluang penghasilan untuk para blogger melalui Google Adsense, yaitu pemasangan iklan di blog. Blogger mendaftarkan blognya di Adsense, bila disetujui maka blognya akan dipasangi iklan dari Google. Selanjutnya, Blogger mendapatkan penghasilan bila iklan itu banyak diklik oleh pengunjung blognya. Tentunya, untuk bisa mendapatkan iklan dari Google, kita harus aktif menulis dan membagikan tulisan, sehingga blog kita dipandang potensial oleh Google.
Mengikuti Kegiatan-kegiatan Blogger
Bila bergabung dengan komunitas-komunitas blogger, kita bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sponsor. Macam-macam keuntungan yang bisa didapatkan, selain ilmu dan jaringan pertemanan. Dalam bentuk materi, kita bisa mendapatkan fee (bayaran tertentu untuk kedatangan kita), goodie bag, doorprize, hadiah live tweet, hadiah menulis laporan reportase acara tersebut di blog, dan lain-lain. Kalau dikumpulkan, bisa menyaingi gaji karyawan kantoran lho. Itu kalau rajin datang, ya.
Mengisi Acara Pelatihan, Seminar, Workshop, dan sebagainya
Blogger yang sudah terkenal juga punya kesempatan diundang ke acara-acara tertentu dan diminta menjadi pengisi acaranya, lho. Tentunya, blogger tersebut akan mendapatkan fee dalam jumlah tertentu, berdasarkan kesepakatan sang blogger dan sponsor.
Sayangnya, seperti yang saya sebutkan di atas, penghasilan blogger bukanlah penghasilan yang tetap. Blogger itu termasuk kategori pekerja kreatif. Kalau kreatif dan konsisten, ya insya Allah penghasilannya masuk terus. Kalau malas-malasan, ya good bye. Blogger tidak mendapatkan uang tunjangan, asuransi kantor, apalagi jaminan pensiun. Jadi, bagaimana seorang blogger bisa kaya raya? Kuncinya: kelola keuangan dengan bijak.
Hari Sabtu, 1 Agustus 2015 saya mendapatkan undangan Jumpa Blogger Sun Life dengan tema “Yuk, Kelola Keuangan dengan Bijak” yang dibawakan oleh Safir Senduk dan disponsori oleh PT. Sun Life Financial di Café XXI Plaza Indonesia. Sayangnya, saya tidak jadi hadir karena berbenturan acaranya dengan rapat wali murid di sekolah anak saya. Padahal, saya ingin sekali datang supaya bisa mendapatkan pengetahuan mengenai cara mengelola keuangan, khususnya untuk profesi blogger ini. Syukurlah, saya masih bisa mendapatkan materinya
di sini.
Siapa yang tidak kenal dengan Safir Senduk, Perencana Keuangan yang salah satu bukunya “Siapa Bilang Menjadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?” menjadi mega best seller di Indonesia? Perencana Keuangan yang telah berbicara di ratusan seminar keuangan dan mendirikan Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk dan Rekan pada tahun 1998 itu, mempunyai misi memberikan edukasi tentang keuangan keluarga kepada masyarakat dan membantu membuat perencanaan keuangan. Ia juga menjadi Perencana Keuangan pertama Indonesia yang tips-tips keuangannya dalam bentuk rekaman album berhasil masuk ke ITunes Store, Toko Musik dan Film Online terbesar di dunia. Bisa diunduh secara gratis di apple.com/itunes.
Acara ini memang tepat sekali ditujukan untuk para blogger, dengan tajuk: “Bijak Mengelola Keuangan untuk Profesi Blogger,” Safir Senduk menyampaikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh seorang blogger bila ingin mapan secara finansial. Tidak masalah penghasilannya tak menentu, asal bisa mengelolanya dengan baik. Seorang karyawan dengan gaji tetap pun bila tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik, akhirnya bisa miskin juga. Dalam hidup ini banyak kejadian yang tak terduga. Jadi, kita memang harus pintar-pintar mempersiapkan segala kemungkinan, apalagi bila pekerjaan kita tak memberikan pendapatan yang tetap.
Sebagai sponsor utama, PT Sun Life Financial Indonesia memang sudah beberapa kali mengadakan kegiatan serupa dalam rangka Financial Literacy, kali ini pesertanya adalah Blogger. Mengapa Blogger? Sebab, Blogger dapat lebih menyebarkan kampanye Financial Literacy ini melalui blognya, agar rakyat Indonesia bisa mapan secara finansial, apa pun profesinya, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Elin Waty, Direktur dan Chief Distribution Officer PT Sun Life Financial Indonesia. Saya jadi ingat curahan hati seseorang yang setelah bertahun-tahun menikah, masih belum punya rumah dan investasi apa pun. Uangnya habis untuk kebutuhan sehari-hari saja. Dia berkata seperti ini,
“Aku nyesel karena dulu boros banget. Uang habis untuk beli baju dan makanan. Jarang masak di rumah karena malas. Makan di luar rumah terus, sekali makan habis Rp 100.000. Beli baju branded, sepatu, tas…. Coba dulu uangnya ditabung. Sekarang boro-boro bisa nabung, habis untuk biaya sekolah anak-anak.”
Padahal, penghasilan teman saya itu lumayan, walaupun bukan pekerja kantoran. Omzetnya bisa ratusan juta. Kalau dikelola dengan baik, barangkali sekarang dia sudah tenang punya rumah sendiri, kendaraan, dan sebagainya.
Hal penting pertama yang harus kita ketahui sebelum mengelola keuangan, adalah bagaimana kita mengatur arus masuk keluar uang (cashflow) yang kita dapatkan. Ada tiga macam cashflow:
Cashflow orang miskin: penghasilan dan pengeluaran sama besarnya. Semuanya habis tak tersisa untuk biaya hidup sehari-hari, sehingga tak ada tabungan dan investasi.
Cashflow orang menengah: penghasilan disisihkan sedikit untuk membeli barang konsumtif, dan sisanya untuk pengeluaran utama. Barang konsumtif itu misalnya: baju, aksesoris, gadget, dan lain-lain. Pengeluaran utama, misalnya: uang SPP anak, biaya transportasi, membayar hutang, dan sebagainya.
Cashflow orang kaya: penghasilan disisihkan dulu untuk investasi, baru kemudian membeli barang konsumtif dan pengeluaran utama.
Alhamdulillah, setiap gajian, pengeluaran saya disisihkan dulu untuk investasi. Sisanya untuk kebutuhan sehari-hari, ya dicukup-cukupkan deh. Nah, untuk pengeluaran sehari-hari itulah saya jadi seperti orang “miskin,” alias hematnya ampun-ampunan hihihi….. Kalau mau beli barang, saya mesti mikir lamaaa banget. Keburu tukang odong-odongnya lewat deh *apa hubungannya, coba? Saya sering dapat tawaran kredit inilah, itulah, dari mulai baju, alat masak, elektronik, dan sebagainya, tapi saya pikir-pikir dulu, dan tidak menyesal kalau barangnya jatuh ke tangan orang lain. Kalau memang belum butuh, ya buat apa dibeli?
Menurut Safir Senduk, orang yang paling kaya adalah orang yang paling banyak investasinya, apa pun profesinya. Cara seseorang mengelola keuangannya bergantung pada karakter orang tersebut, yang ditentukan oleh otak kanan dan otak kiri. Orang yang lebih sering berpikir dengan otak kiri itu cenderung spesialis dan mendalam, sehingga biasanya akan menerima gaji yang besar. Contohnya, dokter, karyawan dalam bidang pekerjaan spesifik, dan sebagainya. Sedangkan orang yang lebih sering berpikir dengan otak kanan itu seringkali mengandalkan insting. Mereka tidak mendalami suatu bidang tertentu, tetapi tertarik akan banyak hal. Bisa dibilang, mereka adalah orang-orang yang kreatif dan mestinya mereka memiliki potensi penghasilan yang lebih besar, karena dapat bekerja dalam banyak bidang.
Blogger adalah orang-orang yang berpikir dengan otak kanan. Selama pengalaman saya menjadi blogger, memang saya harus kreatif dalam menulis suatu ulasan bila ingin mendapatkan kesan yang baik dari pembaca dan sponsor. Otak saya mesti jalan terus, tidak bisa berpikir stagnan. Besok harus ada perubahan apa lagi, nih? Begitu seterusnya. Saya juga tidak sekadar ngeblog, melainkan juga menulis buku, membuka kursus menulis, dan sebagainya. Bisa dibilang, saya tidak hanya berpikir mengenai satu hal, tapi banyak hal.
Wuiih… berarti potensi pemasukannya lumayan banyak, nih? Alhamdulillah, kalau sungguh-sungguh dan konsisten, insya Allah setiap bulan ada pemasukan. Lalu, bagaimana cara mengelola keuangannya agar bisa tahan lama meskipun tak ada tunjangan dan pensiun? Sama halnya dengan paparan Safir Senduk, tiga hal ini juga saya terapkan dalam kehidupan saya:
Miliki Investasi Sebanyak Mungkin
Saya dan suami sepakat untuk menyisihkan pengeluaran investasi, bahkan bisa dibilang pengeluaran investasi itu lebih besar lho daripada konsumsi. Sejak menikah, saya harus tahan-tahan diri untuk belanja kebutuhan yang tidak penting. Baju, barang elektronik, perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain, disesuaikan dengan kebutuhan. Ingat, kebutuhan, bukan keinginan. Misalnya, barang elektronik seperti telepon seluler. Kalau mengikuti keinginan, pasti kita inginnya beli tipe terbaru, ya kan? Yang lebih canggih lagi, begitu terus, tidak ada habisnya. Sedangkan saya dan suami tipe setia kepada ponsel kami, kalau belum rusak ya belum beli lagi hehe…..
Pengeluaran untuk konsumsi itu totalnya hanya 30% dari pengeluaran saya dan suami. Sisanya, 70% adalah untuk investasi. Beberapa investasi yang disarankan oleh Safir Senduk adalah: Saham Modal, Investasi dengan Manajer Investasi (Reksa Dana atau Unit Link), dan Properti (Real Estate). Investasi yang saya dan suami lakukan masih lebih banyak dalam bentuk Properti (tanah dan bangunan). Selain itu, kami juga berinvestasi dalam bentuk emas dan perhiasan, karena memang sudah terbukti saat sedang butuh, bisa langsung digadaikan. Ke depannya, kami pernah membahas rencana untuk investasi dalam bentuk saham.
Eit, jangan sampai terjebak investasi bodong ya. Sering dengar kan beritanya di media massa? Kita diminta mengumpulkan uang setiap minggu atau setiap bulan pada seseorang yang mengaku dari lembaga investasi terpercaya. Konon uangnya bisa diambil beberapa tahun yang akan datang dengan jumlah berkali-kali lipat. Nyatanya, si pengumpul itu malah kabur dan uang kita pun hilang. Sebelum menyerahkan uang kita kepada orang lain, pikir-pikir dulu deh apakah keuntungan yang dijanjikannya itu masuk akal atau tidak?
Miliki Dana Masa Depan
Masa depan kita, hanya Allah yang tahu ya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun yang akan datang, bahkan lima menit ke depan pun kita tidak tahu. Apalagi profesi saya sebagai blogger ini tidak ada jaminan asuransi dan pensiun dari siapa-siapa. Ada banyak rencana dalam hidup kita yang membutuhkan dana besar, sebut saja: pernikahan, membangun rumah tangga (beli rumah dan isinya), pendidikan anak, sampai pensiun. Kalau bisa, jangan merepotkan orang lain (terutama orang tua). Siapkan dana tersebut dari sejak kita mulai bekerja. Makanya, uang gajian jangan hanya habis untuk jalan-jalan dan gaya hidup. Sisihkan juga untuk dana masa depan.
Mengatur Pengeluaran
Penghasilan sebanyak apa pun tidak akan cukup kalau kita tidak pandai mengatur pengeluaran. Pernah baca novel atau nonton film “Can You Keep a Secret” yang bukunya ditulis oleh Sophie Kinsella? Di dalam buku itu dikisahkan seorang sosialita yang hobi sekali berbelanja, padahal barang-barang tersebut belum tentu dipakai dan malah menumpuk di gudang. Si tokoh utamanya, Brenda, pun terjerat utang kartu kredit karena tidak dapat mengontrol pengeluarannya. Dia sangat mudah terjebak oleh iming-iming SALE!
Hayooo….! Kita juga sesekali pasti begitu, kan? Yang namanya wanita, hobi banget belanja. Saya juga, kok. Walaupun saya termasuk hemat, saya pernah juga terjebak jeratan SALE. Ada kisah seseorang yang mengeluh kesulitan membayar utang-utangnya, tapi kalau saya perhatikan, dia hobi sekali belanja. Koleksi tas, baju, dan sepatunya saja tidak terhitung. Harganya? Bukan main. Dia tidak mau pakai baju yang murah-murah. Bayangkan. Masa beli baju mahal saja sanggup, eh bayar utang tidak bisa?
Tips dari Safir Senduk sangat membantu untuk mengatur pengeluaran, saya simpulkan menjadi 5 A:
Ayo, Hindari Sikap Boros!
Beli tas, tidak cukup satu dalam satu waktu. Kalau perlu, beli sepuluh yang beda-beda warnanya untuk dipakai sesuai warna baju. Eh, besoknya sudah ganti model. Beli lagi deh model yang terbaru dan jumlahnya juga tidak hanya satu. Ya mending kalau bisa dijual lagi. Kalau tidak? Hanya menumpuk di gudang. Jangankan dijual lagi, seringkali, orang yang suka boros itu malah merasa sayang lho untuk melepas barangnya, baik itu untuk dijual maupun diberikan ke orang lain. Dia maunya barang itu disimpan saja di lemarinya, walaupun tidak digunakan. Nah, boros, bukan?
Hindari sikap boros dan berlebihan, karena akan merugikan isi ATM. Lah iya, mestinya uang tersebut bisa kita gunakan untuk hal yang penting, jadinya malah dibelikan barang yang ternyata tidak terpakai. Yuk, ah, kita pikir dulu masak-masak sebelum mengeluarkan uang.
Coba dipikirkan, kita itu boros kalau beli apa? Atau memakai apa? Misal, boros dalam pemakaian listrik sehingga tagihan listrik melonjak. Coba pelan-pelan mengurangi pemakaian listrik, supaya bisa menekan pengeluaran untuk membayar tagihannya.
Apakah Benar Barang Itu Dibutuhkan?
Ketika membeli barang, pikirkan berulang kali, apakah barang itu benar-benar dibutuhkan. Contohnya, kemarin saya ingin membeli kompor gas baru karena kompor gas yang lama itu salah satu tungkunya sudah tidak bagus, apinya tidak merata dan waktu memasak pun jadi lebih lama. Maklum, kompor gas warisan ibu mertua, dipakai dari sejak saya menikah. Setelah saya pikir-pikir, ah nanti saja deh belinya kalau sudah benar-benar rusak. Toh, kompor gas itu masih bisa digunakan karena tungku yang satunya lagi masih bagus. Seandainya saya jadi beli yang baru, yang lama buat apa? Teronggok saja di gudang kan sayang. Apalagi saya ini termasuk keluarga yang jarang memasak banyak, karena penghematan itu juga hehehe…..
Aktifkan Skala Prioritas
Buatlah skala prioritas pengeluaran dari yang terpenting sampai yang kurang penting dan dimulai dengan investasi. Itulah yang sudah diterapkan di dalam rumah tangga saya. Kira-kira seperti inilah skala prioritas pengeluaran yang baik:
Cicilan Utang: Bayar utang dulu ya, sebelum bayar-bayar yang lainnya. Utang-utang kami itu sebagian besar dimaksudkan untuk investasi juga, karena untuk menyicil rumah dan tanah. Untuk rumah, sejak baru menikah, kami sudah berani membeli rumah. Biar kecil dan jauh dari pusat kota, yang penting sudah punya rumah. Menurut kami, lebih baik uangnya untuk menyicil beli rumah daripada untuk bayar kontrakan.
Memang, rumah kami sangat jauh dari pusat kota, tapi ada akses kereta listrik. Setiap hari, suami berangkat ke kantor naik kereta, lebih hemat biaya transportasi. Sedangkan saya bekerja dari rumah, jadi tak masalah mau kantornya ada di mana pun. Jauh dari pusat kota juga bisa membuat kami menekan pengeluaran untuk belanja, karena di sini tidak ada mall dan supermarket. Adanya minimarket yang barang-barangnya terbatas. Kalau mau belanja, tunggu akhir pekan. Harga-harga makanan di sekitar rumah kami juga murah meriah. Belum lagi, ada kelebihan tanah milik pengembang yang menganggur dan bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon singkong, pisang, belimbing, alpukat, jambu biji, dan lain-lain. Kalau sedang berbuah, ya saya bisa ambil gratis.
Banyak pengantin baru yang terlalu pemilih saat membeli rumah, maunya di pusat kota dengan fasilitas lengkap tapi biaya beli rumahnya tidak cukup. Mereka lebih memilih tinggal di rumah kontrakan daripada menyicil rumah. Akhirnya, sampai bertahun-tahun, masih mengontrak dan kesulitan beli rumah karena harganya terus meningkat. Sudah tentu kalau mau punya rumah di pusat kota, kita mesti punya modal yang kencang. Bagi saya, lebih baik rumah di pinggiran kota (asal ada transportasi ke kota), dengan harga murah. Fasilitas terbatas justru membuat kami lebih hemat, kan? Udara dan pemandangannya pun jauh lebih asri, karena belum terlalu padat penduduknya.
Tabungan dan Investasi: Setelah membayar cicilan-cicilan, selanjutnya disisihkan untuk tabungan. Lho, nabung itu jangan tunggu ada sisa, tapi sisihkan sejak awal. Rekening saya dikhususkan untuk tabungan, karena saya jarang ke ATM jadi bisa aman hehehe….
Premi Asuransi: Bagi Anda yang ingin mendapatkan perlindungan keuangan, boleh juga lho berlangganan asuransi. Ada asuransi pendidikan, jiwa, kesehatan, dan sebagainya. Dengan berlangganan asuransi, tabungan kita tidak akan terganggu bila ada sesuatu terjadi berkaitan dengan hal-hal yang kita asuransikan. Misalnya, saat ada anggota keluarga yang sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah sakitnya sudah ditanggung oleh asuransi. Pilih asuransi terpercaya yang sepak terjangnya sudah diakui di kancah nasional dan internasional.
Biaya Hidup (konsumsi): Nah ini dia yang konon lebih banyak menyerap pendapatan bulanan kita dibandingkan pengeluaran-pengeluaran lain, padahal mestinya pengeluaran untuk biaya hidup ini yang mesti pintar-pintar kita tekan. Sebisa mungkin kita berhemat dalam pengeluaran biaya hidup, apalagi untuk keperluan-keperluan yang masih bisa dinomorsekiankan.
Abaikan Godaan SALE
Hohoho…. Tulisan “Sale” ini memang menggoda. Saya sendiri sebagai ibu-ibu, pernah juga terjerumus oleh sale. Kita pasti sering kan melihat godaan sale, diskon 50%, diskon 50% + 20%, diskon 70%, dan sebagainya? Baru-baru ini, saya juga kecele dengan godaan sale. Saya jadi bertobat, tidak mau mengulanginya lagi, sumpah! Jadi, begini, beberapa waktu lalu saya memang mau beli tas baru, karena yang lama sudah mengelupas kulitnya. Saya tergoda diskon 70% dari sebuah toko online, ditambah diskon dari kartu kredit suami dengan pembelanjaan minimal sekian. Saya beli tasnya tidak hanya satu, tapi TIGA! Ya, karena untuk memenuhi syarat pembelian minimal.
Saya pikir, dengan harga normal tas tersebut yang mahal, lalu didiskon 70%, pasti barangnya bagus dong. Eh, ternyata, pas sampai di rumah, huhuhu… barangnya kok begitu amat ya? Memang bisa dikembalikan, tapi saya malas memprosesnya karena ada syarat dan ketentuannya. Lalu, saya mikir, “ini pasti gara-gara saya nafsu banget, belinya sampai tiga.” Sebelumnya, suami saya juga sudah memperingatkan. Beli satu dulu, lihat dulu kualitasnya, apalagi itu kan toko online. Di gambarnya sih bagus, aslinya? Ah, pokoknya saya menyesal dengan sale, sale, sale…!
Godaan sale ini bukan hanya hari-hari tertentu saja lho, setiap hari malah! Kalau dipikir kan aneh juga, masa toko selalu sale? Apa mereka tidak rugi? Nah, ibu-ibu, tahan diri ya dengan godaan sale, hehe…
Asuransi, Perlu Dipertimbangkan
Asuransi itu seperti payung saat hujan. Kalau tidak hujan, ya tidak dipakai. Kalau hujan, akan sangat membantu. Begitulah, asuransi dibutuhkan untuk meminimalkan risiko dari kejadian-kejadian yang tidak terduga. Bagi blogger yang tidak punya tunjangan dan gaji tetap, pemakaian asuransi ini perlu dipertimbangkan. Misal, asuransi kecelakaan. Tetangga saya, seorang ibu rumah tangga yang suaminya meninggal karena kecelakaan. Alhamdulillah, suaminya dulu berlangganan asuransi sehingga istrinya mendapatkan uang asuransi yang bisa dijadikan modal usaha agar bisa terus membiayai hidupnya beserta anak-anaknya.
PT Sun Life Financial Indonesia, sebagai sponsor acara jumpa blogger ini, adalah sebuah jasa keuangan Internasional asal Kanada dengan beraneka produk asuransi dan wealth management untuk individu dan perusahaan sejak tahun 1865. Cabang-cabangnya sudah tersebar di pasar utama dunia: Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Irlandia, Hongkong, Filipina, Jepang, Filipina, Cina, dan Bermuda dan termasuk dalam 100 Most Sustainable Company in The Whole Wide World ketika krisis dunia tahun 2008. Itu artinya, ketahanan Sunlife sudah teruji, tidak goyah oleh krisis ekonomi. PT. Sun Life Financial sudah ada di Indonesia sejak 1907, wuiiih… lama sekali yaaa… tapi keluar dari Indonesia pada tahun 1942, dan masuk lagi pada tahun 1995. Visinya adalah menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan asuransi jiwa terbesar di Indonesia, dan misinya adalah membentuk keluarga Indonesia mencapai kesejahteraan dengan kemapanan finansial.
Jadi, bagaimana? Siap menjadi blogger kaya raya? Yuk, kelola keuangan dengan bijak! Ingin memperbarui pengetahuan tentang finansial lebih banyak lagi? Cek saja di: Website
www.sunlife.co.id, Facebook
Brighter Life, dan Twitter
Sun Life,