Minggu, 30 Agustus 2015

Saat Hati Rindu Ingin Kembali ke Bali



Satu tahun yang lalu, satu hari sebelum hari kemerdekaan, 17 Agustus 2014, saya menjejakkan kaki di Pulau Dewata, Kuta, Bali. Bali adalah surganya wisatawan, tidak hanya lokal tapi juga mancanegara. Tak disangka, tahun lalu saya mendapatkan rezeki traveling ke Bali. Kisah lengkapnya sudah ditulis di sini, di sini, dan di sini. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengenang perjalanan ke Bali dan betapa inginnya saya kembali ke sana.   


Keberangkatan saya ke Bali dimulai dari tanggal 16 Agustus 2014, sehari sebelum perayaan HUT RI ke-69, menaiki maskapai penerbangan Lion Air. Hiasan HUT Kemerdekaan sudah mewarnai berbagai lokasi, dari mulai bandara, jalan-jalan, sampai ke lingkungan di sekitar hotel tempat saya menginap. Kebetulan sekali, saya membawa baju dan jilbab bernuansa merah putih, jadi terasa serasi dipakai pada hari kemerdekaan. Hotel tempat saya menginap hanya berjarak satu kilometer dari Pantai Kuta. Saya hanya tinggal berjalan kaki saja dari hotel ke Pantai Kuta, sekaligus menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang sarat dengan wisatawan mancanegara.
Persiapan Acara Tujuh Belasan di Pantai Kuta

Saya sampai di hotel sudah jam 5 sore. Malam hari, setelah makan, kami membakar kalori dengan menyusuri jalan Legian, melewati kafe yang pernah menjadi sasaran bom dan pertokoan-pertokoan modern di Kuta Square, sepanjang jalan menuju Pantai Kuta. Aroma kemenyan atau dupa mengusik indera penciuman kami. Aroma inilah yang menjadi penanda bahwa kami sedang berada di Bali. Kemenyan memang ada di berbagai tempat, hampir setiap rumah dihiasi dengan kemenyan pada bagian pintu atau teras rumah. Patung-patung Dewa juga menjadi pemandangan yang biasa. Inilah salah satu keunikan dari Bali yang tidak ditemui di tempat-tempat lain. Di sini juga masih banyak ditemui gadis-gadis Bali yang mengenakan pakaian tradisional Bali.  So exotic!
Salah satu dupa yang terpasang di tiang bangunan

Esok paginya, suami pergi sendiri ke Pantai Kuta dan melihat persiapan acara tujuh belasan. Seru, katanya, bakal ada pertunjukan Barong Bali, tarian tradisional khas Bali. Sayangnya, kami tidak sempat melihat pertunjukan itu karena setelah sarapan, kami berjalan kaki lagi mengelilingi kawasan Kuta dan sekitarnya. Tadinya kami mau memesan ojek, tapi habis. Banyak wisatawan yang datang di hari libur kemerdekaan itu, sehingga persewaan motor dan mobil pun laris manis. Ternyata jalan kaki pun tidak terasa lelah, karena pemandangan di sisi kanan kiri jalan sangat memanjakan. Bule-bule berseliweran dengan paras yang rupawan.

Pasar Seni Sukawati

Kami berjalan di trotoar di sepanjang Pasar Sukawati, pasar terkenal di Bali yang menjual beragam oleh-oleh dan barang-barang kesenian khas Bali. Udara terasa sejuk karena banyak pepohonan rimbun yang menaungi jalan. Lalu, kami melanjutkan perjalanan ke Legian, mengambil foto di depan Tugu Peringatan Bom Bali yang bertuliskan nama-nama korban dan asal negaranya.
Tugu Peringatan Bom Bali di Legian

Kami beristirahat beberapa kali di depan minimarket, di sebuah restoran Seafood, dan di depan minimarket lagi. Oya, karena ini pertama kalinya kami ke Bali, jadi untuk urusan makanan memang masih awam. Daripada salah makan, kami pilih yang pasti-pasti saja. Kami memilih Restoran Seafood ini karena ada tulisan “halal” di spanduknya. Pemiliknya juga muslim. Jadi, jangan khawatir. Di Bali ini juga banyak muslimnya. Dulu saya sempat ditakut-takuti, katanya kalau ke Bali itu susah cari makan karena tidak halal. Tidak juga, kok. Kita bisa menemukan banyak rumah makan yang menyediakan makanan halal di sini.


Setelah berjalan berkilo-kilo meter melewati perumahan yang sepi dan ditemani gonggongan anjing, gara-gara terpikat oleh papan petunjuk bertuliskan “Pie Susu Bali,” tahu-tahu kami sudah sampai di Sunset Road! Berbekal Google Map, kami menemukan Toko Oleh-oleh Khrisna, yang bentuknya seperti Departmen Store. Pengunjungnya banyak juga, kebanyakan wisatawan lokal.

Ucapan Selamat Datang di Pantai Kuta
Semua oleh-oleh khas Bali ada di sini, dari mulai makanannya, kain Bali, kerudung pashmina, merchandise, baju dan kaus Bali, dan sebagainya. Saya antusias memilih oleh-oleh untuk buah tangan keluarga di rumah. Sorenya, kami ke Pantai Kuta yang ramai oleh pengunjung. Inilah pantai yang terkenal dan legendaris, tempat diciptakannya lagu-lagu romantis. Memang banyak pasangan yang menciptakan momen romantis di sini, duduk berdua menghadap ke arah pantai, menyongsong matahari yang tenggelam. Senja yang begitu indah di atas Pantai Kuta, sampai kini masih melekat di dalam ingatan saya. Membuat saya ingin kembali lagi ke sana. Saya bangga menjadi warga negara Indonesia, melihat betapa banyaknya pengunjung yang memadati Pantai Kuta, bukti bahwa Pantai Kuta adalah obyek wisata terkenal di dunia.
Indahnya senja di Pantai  Kuta

Jika bisa kembali ke Bali, saya ingin mengunjungi lebih banyak lagi destinasi wisata, salah satunya Ubud yang terkenal dengan  seni dan budayanya dan beberapa obyek wisata menarik, seperti Taman Tampak Siring, Museum, Lempad House, dan lain-lain. Untuk tiket pesawatnya, saya bisa memesannya di  airpaz.com, ada banyak pilihan maskapai penerbangan ke Bali: Lion Air, Garuda Indonesia, City Link, Air Asia, Sriwijaya Air, dll. Saya ingin menggunakan maskapai Garuda Indonesia, karena lebih nyaman dan tepat waktu. Ah, semoga saja semesta mendukung keinginan saya ini. Aamiin….

Daftar maskapai penerbangan ke Bali di Airpaz.com
Saya pernah berada di Bali

Kontes Menulis #TiketGratisAirpaz Keliling Nusantara
http://blog.airpaz.com/id/lomba-menulis-airpaz-tulis-keinginanmu-menangkan-10-tiket-pesawat-gratis-keliling-nusantara/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar