Menikah itu menyatukan dua perbedaan di antara pasangan suami istri. Seperti saya dan suami saya yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda jauh. Saya lahir di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, sedangkan suami saya asli Garut, Jawa Barat. Di mana kami bertemu? Wah, itu bisa panjang kalau diceritakan. Mengenai jodoh, adalah rahasia Allah. Yang di Indonesia dan di luar negeri saja bisa berjodoh kalau sudah ditakdirkan.
Sebagai gadis keturunan Solo (meskipun besar di Jakarta), saya menyukai makanan-makanan tradisional khas Solo yang dulu sering dimasakkan oleh almarhumah ibu saya. Salah satunya, Bubur Sumsum. Hm, kedengerannya seperti terbuat dari sumsum hewan, ya? Sebenarnya terbuat dari tepung beras putih. Warnanya yang putih halus membuat makanan itu disebut Sumsum. Itu makanan favorit saya yang rasanya luar biasa, enak sekali di lidah. Buburnya lembut dan adem, membuat tenggorokan sejuk. Gula merahnya pun manis dan lezat.
Menikah dengan orang beda suku ternyata memang agak sulit, lho. Termasuk soal selera makan. Suami tidak suka dengan makanan kegemaran saya, saya pun kurang sreg dengan makanan kegemarannya. Namun, setelah lama menikah, kami mulai bisa menyatukan perbedaan dengan mencari makanan yang bisa kami nikmati bersama. Apalagi di bulan Ramadan ini, saya harus pintar-pintar membuat masakan yang bisa dimakan berdua. Waktu makan kita kan hanya dibatasi saat malam hari. Kalau masak banyak-banyak, bisa terbuang. Untuk berbuka puasa, saya membuat Takjil W’Dank Bajigur, Bubur Sumsum Pelangi.
Siapa yang tidak kenal Bajigur? Yap, itu minuman tradisional khas orang Jawa Barat, daerah asal suami saya. Minuman yang terbuat dari gula merah dan santan kelapa, hangat di tenggorokan, pas untuk dinikmati di malam hari atau cuaca dingin. Tahu sendiri kan, cuaca di Jawa Barat, terutama Garut, dingin dan sejuk. Bajigur bisa menghangatkan badan dan mencegah serangan influenza yang biasa menyerang saat cuaca dingin. Minuman Bajigur kini sudah dijual dalam bentuk serbuk yang bisa diseduh, sehingga bisa dijadikan oleh-oleh. Untuk menikmati Bajigur, tidak perlu lagi susah-susah datang ke Garut, karena sudah ada W’Dank Bajigurdari Nutrisari yang bisa dibeli di minimarket-minimarket terdekat. Saya pun memperoleh W’Dank Bajigur di minimarket dekat rumah saya dengan harga Rp 10.150 isi 4 sachet.
Lalu, bagaimana cara membuat Takjil W’Dank Bajigur Bubur Sumsum Pelangi?
Bahan-bahan:
Tepung beras putih 250 gram
Garam 1 sendok teh
Santan instan 60 ml
Sekoteng warna-warni secukupnya
W’Dank Bajigur 1 sachet
Gula merah 2 keping
Tepung maizena 1 sendok teh
Daun pandan 2 lembar
Cara membuatnya:
Rebus sekoteng dalam panci tersendiri. Sisihkan.
Tuang tepung beras putih ke dalam panci, campur dengan air secukupnya. Masukkan garam dan daun pandan. Masak dengan api sedang. Aduk terus sampai bubur mengental. Jika bubur belum matang dan airnya sudah asat, tambahkan air sampai buburnya matang. Masukkan juga santan instan.
Untuk kuah gula merahnya, seduh satu sachet W’Dank Bajigur dari Nutrisari dengan air panas. Jika kurang manis, rebus gula merah dan W’Dank Bajigur, tambahkan tepung maizena agar kuahnya sedikit mengental.
Cara Penyajian:
Ambil bubur sumsum secukupnya, tuang ke dalam mangkuk. Tambahkan sekoteng warna-warni secukupnya, lalu siram bubur sumsum dengan kuah gula merah dan W’Dank Bajigur.
Resep Takjil W’Dank Bajigur ini sangat mudah membuatnya dan bisa langsung dibuat beberapa saat menjelang berbuka puasa. Disajikan hangat sangat nikmat, dingin pun tetap lezat. Bagi saya, Takjil W’Dank Bajigur menyatukan dua perbedaan di antara saya suami. Makanannya khas Jawa Tengah, minumannya khas Jawa Barat. Klop! Suami pun amat menikmati Takjil W’Dank Bajigur Bubur Sumsum Pelangi buatan saya ini.
Punya resep takjil spesial juga di bulan Ramadan, yuk ikutan lomba resep Takjil W'Dank Bajigur, informasinya ada di bawah ini yaa..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar