Senin, 20 Juli 2015

Lima Tips Sukses Mengatur Keuangan



Setiap orang memiliki rahasia suksesnya dalam mengatur keuangan, begitu juga dengan saya.  Berhubung saya sudah menikah, jadi saya bekerjasama dengan suami dalam mengatur keuangan rumah tangga. Prinsip kami dalam mengatur keuangan adalah, “Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.” Untungnya, saya dan suami adalah pasangan yang klop dalam hal berhemat. Suami sangat perhitungan dalam pengeluaran rumah tangga dan saya pun bukan tipe istri yang boros. Apalagi pemasukan utama hanya dari gaji suami, sedangkan penghasilan dari saya datangnya tidak menentu karena saya seorang pekerja lepas. Profesi sampingan saya sebagai penulis, blogger, dan mentor kursus menulis, tidaklah tetap. Otomatis, kami harus benar-benar mengatur keuangan agar cukup untuk hari ini dan nanti.

 Berikut ini lima tips mengatur keuangan ala kami: 

1. Buat Pos-pos Pemasukan dan Pengeluaran
Suami saya sangat rajin membuat pos-pos pemasukan dan pengeluaran setiap habis menerima  gaji. Saya juga diharuskan membuat pos-pos pengeluaran dari uang belanja yang diberikan oleh suami. Dari situ, kami jadi bisa merencanakan pengeluaran agak jangan sampai menggerus pemasukan. Kalaupun pemasukannya defisit, kami jadi tahu apa penyebabnya. 

2. Batasi Pengeluaran untuk Konsumsi
“Jangan buang-buang makanan!” begitu pesan suami, ketika kami baru beberapa minggu menikah. Suami melihat saya membuang lauk sisa semalam yang sebenarnya masih bisa dimakan. Suami juga mengajarkan trik menghemat bahan makanan, misalnya: masak telur dadar dicampur dengan terigu supaya hasilnya lebih banyak. Itu karena suami datang dari keluarga besar, jadi ibunya harus pintar-pintar menyiasati bagaimana cara menghemat bahan makanan agar cukup untuk sekeluarga. Lama-lama, saya jadi piawai mendaur ulang lauk sisa semalam menjadi makanan baru yang enak dimakan. Bakwan dari sisa sayur sop, nasi goreng dari balado ikan teri, ayam bakar dari semur daging ayam yang tidak habis, dan sebagainya. 

Saat memasak pun, jumlahnya disesuaikan dengan anggota keluarga. Jangan sampai masak banyak, tapi tidak habis. Jadinya hanya menghambur-hamburkan makanan. Masak sendiri, adalah salah satu cara untuk berhemat, karena biaya masak sendiri lebih kecil daripada makan di luar. Kami memang tidak sering makan di luar (restoran, kafe, dan sebagainya). Kalaupun makan di luar, kami memilih tempat makan dengan harga masuk akal.  Asalkan tempatnya bersih dan makanannya enak, itu sudah cukup bagi kami. 

Pengeluaran untuk konsumsi lainnya adalah membeli pakaian dan pernak-pernik aksesoris rumah yang belum dibutuhkan. Kami tidak sering membeli pakaian, toh masih banyak pakaian yang layak pakai. Asal tidak gembel saja. Yang penting pakaian anak-anak, karena tubuh anak-anak terus berkembang, jadi pakaiannya cepat diganti. Membeli pakaian pun tidak perlu mahal. Banyak pakaian berkualitas dengan harga yang masuk akal. Sebagai wanita, saya juga merasa “sayang” menghambur-hamburkan uang untuk membeli aksesoris wanita seperti sepatu, tas, kosmetik, dan sebagainya, yang tidak mempunyai nilai investasi. Konon, tas bermerk yang harganya ratusan juta juga bernilai investasi, alias bisa dijual lagi. Tetapi, harganya pasti turun. Buat apa membeli barang seperti itu mahal-mahal kalau tidak bisa dijadikan “tabungan”?  Saya akan beli sepatu dan tas baru kalau yang lama sudah rusak. 

Begitu juga dengan aksesoris rumah tangga, seperti tirai, taplak meja, meja makan, lemari, dan sebagainya. Jujur saja, jendela rumah kami masih dipasangi tirai sederhana, bukan tirai mewah. Rasanya masih sayang “membuang” uang untuk membeli tirai mewah seharga puluhan juta. Belum saatnya, kata suami saya. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting. Mungkin nanti kalau kami sudah dapat memenuhi semua kebutuhan yang lebih penting itu.

3. Batasi Pengeluaran untuk Barang Elektronik
Barang elektronik seperti telepon seluler (handphone), air conditioner (AC), kulkas, televisi, dispenser, mesin cuci, penanak nasi, dan sebagainya, memang memudahkan hidup kita, terutama bagi masyarakat modern yang tinggal di perkotaan. Beberapa barang elektronik yang membantu tugas rumah tangga, tentu amat bemanfaat dan sebaiknya dimiliki agar pekerjaan rumah tangga bisa jadi lebih cepat dan kita bisa mengalokasikan waktu yang tersisa untuk melakukan pekerjaan lain. Kami memiliki barang-barang elektronik yang membantu tugas rumah tangga, seperti kulkas, mesin cuci, penanak nasi, dan lain-lain. Kulkas berguna untuk menyimpan bahan makanan supaya tidak cepat rusak dan basi. Intinya, kami bersedia mengeluarkan uang untuk membeli barang elektronik yang memang dibutuhkan.

Air Conditioner, sampai hari ini kami tidak membutuhkannya. Sejak pertama membangun rumah, rumah kami sudah memiliki jendela yang lebar dan ventilasi yang banyak, sehingga udara di dalam rumah tidak panas. Kalau masih gerah, cukup pakai kipas angin yang lebih rendah watt-nya. Kalau pakai AC, kami harus siap dengan biaya tagihan listriknya yang pasti besar. Kami juga hanya memiliki satu televisi di ruang santai. Lagipula, buat apa memiliki televisi banyak-banyak kalau hanya membuat komunikasi keluarga menjadi renggang? 

Telepon seluler menjadi barang elektronik yang digemari saat ini. Tentu saja kami juga punya ponsel, tapi kami tidak “gatal” gonta-ganti ponsel sesuai tren. Banyak lho orang yang suka gonta-ganti ponsel sesuai tren. Tahu sendiri kan, tren ponsel itu cepat sekali berganti. Satu merk saja bisa ada banyak seri dengan spesifikasi yang semakin canggih. Ponsel saya hanya diganti kalau sudah rusak. Ponsel suami juga begitu. 

Investasi adalah penempatan sejumlah dana dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi terbagi dua: sektor riil dan sektor finansial. Suami lebih suka berinvestasi di sektor riil, yaitu investasi dalam bentuk yang berwujud atau dapat dilihat fisiknya, misalnya: investasi emas dan properti. Prinsip dasar dari investasi emas dan properti adalah pada umumnya, kedua benda tersebut mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. 

Saya sudah lama diajarkan mengenai menabung emas ini oleh ibu saya. Setiap mau lebaran, ibu saya pasti mengajak saya ke toko emas untuk membeli perhiasan. Jadi, setiap tahun, perhiasan emas saya akan diganti dengan yang baru. Kata ibu saya, emas itu nanti bisa dijual lagi atau digadaikan kalau sedang butuh uang. Terbukti sudah, setelah berumahtangga, beberapa kali keuangan kami tertolong oleh simpanan perhiasan emas dari mas kawin yang diberikan oleh suami. Tidak perlu dijual, cukup digadaikan. Begitu sudah punya uang lagi, emasnya bisa ditebus lagi. 

https://www.facebook.com/weddingring/photos/pb.71416667187.-2207520000.1437393194./10153364179222188/?type=3&theater

Jika sungguh-sungguh ingin investasi emas, lebih baik lagi kalau membeli emas dalam bentuk logam muliaatau gold bar. Berdasarkan referensi yang saya baca, harga logam mulia mengalami fluktuasi, alias naik turun, tapi secara umum bila dihitung rata-rata setiap tahun, harganya selalu naik hingga 20%  per tahun. Sedangkan perhiasan emasitu mahal saat membelinya karena dihitung ongkos pembuatannya, dan murah ketika dijual lagi karena akan dilebur kembali. Akan tetapi, sewaktu saya menjual perhiasan emas saya, harga jualnya tetap lebih mahal daripada harga saat saya membelinya dulu lho. Misalnya begini, sewaktu beli, harga per gramnya Rp 180.000. Lalu, saya jual kembali empat tahun kemudian, harganya sudah Rp 300.000 per gram. Dikurangi ongkos peleburan, masih tetap lebih mahal harganya daripada harga sewaktu saya membelinya. Intinya, tidak rugi deh menyimpan dana dalam bentuk emas, baik itu perhiasan maupun  gold bar (emas batangan). 

https://www.facebook.com/weddingring/photos/pb.71416667187.-2207520000.1437393189./10153411524307188/?type=3&theater
Sumber foto: Facebook Orori

Selain emas, berlian juga bisa termasuk investasi riil. Berlian harganya terus meningkat dan permintaannya pun terus meningkat, sehingga bisa dipastikan investasi berlian ini sangat menjanjikan. Artis-artis pun banyak yang berinvestasi berlian, sebut saja Syahrini yang konon investasi berliannya mencapai nilai 5 miliar. 

https://www.facebook.com/weddingring/photos/pb.71416667187.-2207520000.1437393192./10153375907227188/?type=3&theater
Untuk membeli emas dan berlian, sekarang sudah bisa dibeli secara online, yaitu melalui ORORI Wedding Ring, yang menjual perhiasan emas, berlian, dan emas batangan berkualitas dengan desain yang cantik. Dibuat dengan teknologi CAD (Computer Aided Design) sehingga lebih terjaga kualitasnya. Untuk berliannya, hanya menggunakan berlian tingkat warna F dan tingkat kejernihan VVS, merupakan berlian dengan kualitas baik. Ada sertifikat resminya juga lho, juga ada garansi pemolesan krom, pencucian, dan pengubahan ukuran untuk perhiasan ORORI.  Seluruh transaksi di ORORI pun dijamin aman, karena ORORI menjadi bagian dari idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) dan Global Sign untuk memastikan seluruh transaksi di ORORI aman dan terpercaya. 

Tinggal duduk cantik di rumah, perhiasan dari ORORI pun sampai. 

5. Jangan Lupa Berzakat
Sebagai penutup dari cerita ini adalah tentang kewajiban berzakat bila harta yang kita miliki sudah lebih dari nishab (batas harta yang harus dizakati). Bagi seorang muslim, ada keyakinan bahwa di dalam harta kita terdapat bagian harta orang lain yang fakir dan miskin. Zakat diibaratkan sebuah pohon yang terus bertumbuh. Daunnya lebat dan buahnya subur. Jadi, insya Allah, bila kita berzakat, harta kita bukannya habis melainkan bertambah. Untuk simpanan emas dan berlian juga ada perhitungan zakatnya, lho.

Diikutsertakan dalam:

https://www.orori.com/ororeads/orori-blog-competition-periode-juni-2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar