Rabu, 01 Juli 2015

Renungan Ramadan: Rahasia Rezeki

"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)." (QS: Ar Ra'd: 26

Masalah rezeki ini memang masalah krusial dalam hidup manusia. Semua orang pasti ingin dikasih rezeki yang banyak dan berlimpah. Sebagai seorang penulis, rezeki saya--salah satunya--datang dari aktivitas menulis. Yang paling banyak sih dititipin lewat suami, hihihi.... Itu bisa dikatakan rezeki tetap, ya, insya Allah. Moga-moga suami selalu dilapangkan rezekinya oleh Allah, sehingga tidak absen kasih setoran ke saya :D 


Rezeki tidak tetap adalah dari menulis. Mengapa disebut "tidak tetap"? Karena hasilnya memang tidak menentu. Kadang sebulan dapat banyak, lebih seringnya tidak dapat apa-apa, kecuali tabungan tulisan untuk membawa rezeki di masa depan. Royalti menulis buku itu biasanya 6 bulan sekali, tapi sekarang ini penjualan buku (bukan hanya saya, tapi banyak penulis juga mengalaminya) kurang begitu bagus. Banyak buku yang diterbitkan, tapi minat baca dan beli tidak bisa menyamainya. Kalau dulu saya bisa dapat royalti setiap 3 dan 6 bulan, sekarang tidak lagi. Bisa jadi baru tahun berikutnya saya dapat royalti. Tapi, minat menulis buku masih ada, karena buku itu abadi dan bisa dibaca sampai ke pelosok Indonesia dan diturunkan dari generasi ke generasi. 

Selain menulis buku, saya juga cukup rajin ikut lomba blog. Pekerjaan ini bisa dibilang untung-untungan ya, karena saya masih belum bisa dikatakan "sering menang." Lebih banyak kalahnya. Jadi kalau pas menang, ya itu lagi "untung." Rezeki dari lomba blog, saya sebut sebagai rezeki yang tidak disangka-sangka. Saya belum bisa memastikan apakah tulisan saya bakal menang atau tidak. Ada yang saya kira bakal menang, ternyata tidak. Begitu juga kalau saya "ngintip" tulisan blogger yang sering menang lomba blog. Saya kira tulisannya itu juga bakal menang, eh ternyata tidak. Jadi, walaupun blogger itu sering menang lomba blog, tetap saja kadang-kadang dia mengalami kekalahan juga lho. 

Baru-baru ini, saya mengikuti dua lomba blog yang saya usahakan dengan maksimal. Yang pertama, saya tulis di awal lomba untuk mendapatkan 50 hadiah pengirim pertama. Saya sudah yakin bakal dapat voucher belanja untuk pengirim pertama itu lho. Eh, ternyata... tidak! Yang kedua, saya mengikuti lomba blog semi SEO, yang mana kualitas tulisan dan posisi di google menjadi penentu penilaian. Saya berusaha mendudukkannya di halaman pertama google, dan berhasil. Tapi, apa yang terjadi saat pengumuman pemenang? Lah, malah peserta yang duduk di halaman kedua itu yang jadi juara pertama. 

Sebaliknya, saya juga sudah mengalami berbagai keajaiban rezeki dari Allah. Dulu, saya pernah menang lomba blog hadiah utama ke Bali yang diadakan oleh fanspage Zombigaret. Para peserta protes karena judul tulisan saya itu salah. Harusnya "Zombi" tapi saya tulis "Zombie." Wong, kalau dalam bahasa Inggris kan Zombie. Biarpun diprotes peserta, tetap saja juri memilih tulisan saya sebagai pemenang. Yang kedua, dalam lomba blog yang juga semi SEO. Tulisan saya duduk di halaman kedua, tapi saya jadi juara dua. Sedangkan ada yang duduk di halaman pertama, jadi juara empat. Bagi saya, itulah keajaiban rezeki.

Dari situ, semakin yakinlah saya, bahwa rezeki itu memang di tangan Allah. Saya tidak lagi protes ke panitia dan juri kalau tidak dipilih sebagai pemenang. Walaupun mungkin jurinya ada kesalahan, ya biar sajalah. Memang itu sudah skenario Allah. Allah yang meluaskan dan menyempitkan rezeki seseorang. Sekuat apa pun kita berusaha, kalau itu bukan rezeki kita, pastinya tidak akan ada di tangan kita. Seperti seseorang yang baru beli hape, tapi kemudian hapenya dicopet maling. Hape itu menjadi rezeki si maling, tak peduli diambilnya melalui jalan haram. 

Dan, seperti kata Allah, kehidupan yang paling baik adalah kehidupan di akhirat kelak. Semua usaha dan amal yang kita kumpulkan untuk akhirat, insya Allah tidak akan luput dari perhitungan Allah. Jadi, kalau kita bisa bersusah payah mengumpulkan rezeki untuk kesenangan dunia, mengapa kita tidak juga bersusah payah mengumpulkan rezeki untuk kesenangan akhirat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar