Selasa, 30 Juni 2015

Renungan Ramadan: Jagalah Keluargamu dari Api Neraka

"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS; At Tahrim: 6)

Al Quran adalah peringatan. Allah Swt menurunkan Al Quran bukan sekadar untuk pajangan di lemari buku atau bahan olok-olok. Miris sekali rasanya, ketika saya membaca komentar seorang remaja yang menanggapi tentang LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, dan Transgender) yang baru kemarin mendapat pelegalan pernikahan di 50 negara bagian Amerika. Mengapa miris? Karena remaja itu justru mempertanyakan keberadaan Tuhan (Allah). "Memangnya kalian sudah pernah melihat Allah? Kalian tahu  bagaimana rupa Allah? Saya belum pernah lihat tuh. Saya nggak percaya Allah kalau belum pernah lihat." 


Naudzubillahimindzalik.... Entah bagaimana didikan orangtuanya hingga remaja itu tidak tanggung-tanggung mengakui dirinya seorang Agnostis, yaitu seseorang yang lebih mengagungkan ilmu pengetahuan daripada keberadaan Tuhan. Jika keberadaan Tuhan belum dibuktikan secara ilmiah, maka dia tidak akan mempercayainya. Tak heran bila banyak remaja yang mendukung LGBT, karena lebih mendewakan Hak Asasi Manusia dan kebebasan individu daripada larangan Allah.

Beberapa waktu lalu, seorang teman saya mewawancarai beberapa orang remaja SMA dari  SMA-SMA di Jakarta dan beberapa orang mahasiswa dari perguruan tinggi-perguruan tinggi di Jakarta mengenai Gaya Hidup Remaja Zaman Sekarang. Respondennya diambil secara acak. Jawaban mereka nyaris serupa. Gaya hidup remaja sekarang adalah konsumtif, hedonis, suka menghamburkan uang orangtua, suka berfoya-foya, dan akan melakukan sesuatu yang disukainya sekalipun itu melanggar perintah agama. 

Bahkan, ada yang mengaku sudah hidup serumah dengan pacarnya tanpa menikah dan tidak diketahui orangtuanya. Mereka membohongi para orangtua. Rata-rata dari remaja itu adalah anak tunggal dari keluarga ekonomi menengah atas yang selalu dipenuhi kebutuhannya oleh orangtua. Dan.... mahasiswa yang mengaku sudah kumpul kebo itu malahan kuliah di perguruan tinggi yang berlabelkan agama (Islam)! 

Orangtua mana yang tidak mau mencukupi kebutuhan anak-anaknya? Demi anak, mereka rela memberikan apa saja, bahkan rela banting tulang. Orangtua rela bersusah payah memenuhi kebutuhan duniawi anak-anaknya, tapi sudahkah mereka memenuhi kebutuhan ukhrowi (akhirat) anak-anak? Tak cukup hanya disekolahkan ke sekolah agama, anak-anak membutuhkan teladan langsung dari orangtuanya. Ini pengalaman adik saya sewaktu mengajar kelas 1 SD di sebuah SDIT (SD Islam Terpadu). 

Ada seorang anak kelas 1 SD yang bermasalah. Baru kelas 1 SD sudah bermasalah. Mungkin kalau kita menyebutnya, nakal sekali. Adik saya pun berbicara dari hati ke hati dengan anak itu dan diketahuilah akar masalahnya. Anak itu tidak mau diajak salat, karena ayah dan ibunya juga tidak salat. Ayah dan ibunya sering berantem di rumah. Ayah sering memukuli Ibu. Ibu sering teriak-teriak stres. Percuma bayar biaya sekolah SDIT mahal-mahal, kalau orangtua tidak bisa menjadi teladan juga bagi anak-anaknya.

Tentunya, kita semua ingin keluarga kita bisa masuk ke dalam surga, bukan hanya kita saja. Kita ingin masuk surga bersama suami dan anak-anak. Allah Swt sudah menyuruh kita untuk menjaga diri kita dan keluarga kita agar jangan sampai masuk neraka. Dan terutama soal LGBT yang sudah jelas-jelas dilaknat Allah, berikan pemahaman kepada anak-anak sejak dini. Laki-laki tidak boleh menikah dengan laki-laki, perempuan tidak  boleh menikah dengan perempuan. Mumpung Ramadan, mari bersama-sama dengan keluarga masing-masing, mengaji Al Quran dan memahami artinya. Agar kita bisa masuk surga bersama-sama. Aamiin....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar