Rabu, 25 November 2015

Lebih Nyaman dengan Gamis



Allah Swt berfirman dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karenanya mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Barangkali, sebagian dari kita sudah membaca firman Allah ini, sebagian lainnya belum. Ya, itu adalah salah satu dalil kewajiban berjilbab bagi seluruh muslimah. Namun, sebagian umat Islam berpendapat, bahwa jilbab yang dimaksud di dalam ayat itu adalah gamis, yaitu pakaian yang terulur dari atas sampai bawah. Kalau sekadar penutup kepala, namanya khimar atau kerudung. Memang, ada beberapa syarat menutup aurat, yaitu pakaian tidak menerawang (tipis), tidak ketat (membentuk tubuh), dan kerudung menutup dada. Gamis yang lebar, tebal, dan longgar dianggap telah memenuhi syarat-syarat tersebut.

Omong-omong tentang gamis, saya sendiri mulai memakai gamis sejak semester dua kuliah, sekitar 15 tahun lalu. Ketahuan tuanya dong saya, hehe…. Gara-garanya karena ikut kerohanian islam di  kampus dan semua senior muslimahnya memakai gamis. Ada sih yang memakai baju atasan dan rok, tapi masih bisa dibilang longgar dan tidak membentuk tubuh. Saya juga kadang-kadang memakai rok bawahan dan blus atasan yang longgar. Lama-lama, koleksi gamis saya melebihi model busana lainnya. Malah, blus, rok, dan celana panjang bisa dihitung jari. Saya pernah tidak memiliki celana panjang sama sekali, kecuali celana dalaman gamis, saking sehari-harinya memakai gamis.

Gamis Lebaran Idul Fitri
Pakai gamis itu memang enak, tinggal lep. Cukup satu baju, selesai. Eh, tapi jangan lupa pakai celana panjang di dalamnya (celana dalaman, bisa legging/ piyama katun/ dan lain-lain). Khawatir gamis tersingkap, kelihatan dong auratnya. Yang nggak enaknya, saat saya masih kuliah, ada kejadian Bom Bali 1 dan 2. Entah bagaimana awalnya, lho kok kalau saya dan teman-teman (yang bergamis dan jilbab lebar) sedang jalan melewati perumahan, anak-anak kecil  meneriaki kami teroris? Duh, sedihnya, padahal kami nggak bercadar. Apalagi yang bercadar, ya. Kasihan banget, anak-anak kecil itu dididik oleh orangtuanya untuk mencap sesama saudaranya (saya yakin mereka anak-anak muslim juga) sebagai teroris. 

Gamis Lebaran Idul Adha
Kami hanya beristighfar dan menganggap itu ujian Allah Swt terhadap keteguhan kami mengenakan busana yang lebar tersebut. Di negeri yang mayoritas muslim, kami malah dituduh teroris.  Sampai saat ini, koleksi gamis saya masih lebih banyak daripada celana dan rok.  Sekarang, model gamis sudah bervariasi, cantik-cantik dan lebar-lebar. Muslimah sudah tidak malu mengenakannya, karena para model dan artis pun bangga memakainya. Lihat saja Okki Setiana Dewi  dan Lyra Virna yang konsisten dengan gamisnya. Mereka tetap terlihat indah meskipun ditutup dengan busana yang luar biasa lebar. Itulah pertolongan Allah terhadap agama-Nya. Ketika dulu orang-orang meneriaki pemakai gamis dan jilbab lebar sebagai teroris, justru pemakainya semakin bertambah. Malahan saya lihat, pemakai cadar semakin berani menunjukkan diri. 

Datang ke acara blogger pun dengan gamis
Saya lebih suka pakai gamis yang bahannya adem, motif feminin (misal, bercorak bunga-bunga atau berenda), dan memiliki model yang cantik tapi tidak berlebihan. Satu lagi keuntungan mengenakan gamis yang lebar, kalau sedang bepergian dan tidak ada mukena, kita bisa langsung salat tanpa mukena. Yang penting kaus kaki kita masih bersih. Untuk mukena sendiri, saya cenderung lebih suka yang sederhana dan tidak banyak motif. Hati-hati pula membeli mukena, jangan sampai mengenakan mukena yang bergambar orang. Dulu, Rasulullah Saw menyuruh Aisyah memotong seprai tidur mereka yang bergambar makhluk hidup, agar tidak bergambar makhluk utuh dari kepala sampai kaki. Kalau seprai tidur saja tidak boleh bergambar makhluk hidup yang utuh, apalagi mukena?

Bahan mukena yang paling enak dipakai itu yang adem, tidak tipis tapi tidak membuat gerah. Soalnya kita salat kan butuh konsentrasi. Kalau udara panas dan mukenanya terbuat dari bahan yang panas, bisa bikin salatnya tidak khusyuk. Intinya, bagi saya pribadi, gamis dan mukena hendaknya bisa membuat saya lebih dekat kepada Allah Swt.  


https://www.facebook.com/leyla.hana
 

2 komentar: