Masyarakat cerdas gunakan obat |
Assalamu’alaikum. Alhamdulillah, pagi ini saya masih melihat matahari bersinar cerah meskipun sedikit mendung tapi tak ada tanda-tanda hujan. Justru enak ya cuacanya, adem. Bulan November ini, kita sudah memasuki musim penghujan. Memang agak telat beberapa bulan. Biasanya bulan September sudah hujan, konon karena ada El Nino yang menahan hujan. Yang penting kita sudah diberikan hujan lagi, daripada tidak hujan sama sekali.
Omong-omong tentang hujan, saya khususnya sebagai ibu mesti siap-siap karena musim hujan itu sering membawa penyakit flu, batuk, pilek, dan diare. Saya masih punya tiga anak kecil-kecil yang harus dijaga benar kesehatannya. Dulu kami sering ke dokter anak hanya untuk mengobati penyakit-penyakit langganan tersebut. Ada rumah sakit yang baru dibuka, antriannya masih sedikit. Setelah beberapa tahun berdiri, hiyaa ampuuun…. Mau datang pagi, siang, bahkan malam, tetap saja antrinya berjam-jam. Anaknya keburu rewel. Saya lihat, memang antrian di dokter anak itu paling panjang dibandingkan dengan spesialis lain. Sekarang kalau sakitnya belum parah, saya belum ke dokter. Apalagi hanya batuk, pilek, dan demam. Diobati dulu di rumah. Setelah tiga hari belum sembuh dan sakitnya masih parah, baru deh dibawa ke dokter.
Bukan hanya karena antrian yang panjang itu yang membuat kami (saya dan suami) meminimalisir pergi ke dokter, tapi juga bertambahnya pengetahuan mengenai obat dan penyakit. Hal yang sama saya dapatkan dalam Talkshow “Cerdas Menggunakan Obat” yang diadakan oleh GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) dalam acara Pameran Pembangunan Kesehatan 2015 di Hall C1-C2, JIExpo, Kemayoran Jakarta, tanggal 14 November 2015 lalu.
foto dulu sebelum masuk |
GeMa CerMat adalah upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman, dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar. Ini sesuai dengan strategi pembangunan kesehatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 (Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/52/2015), diantaranya meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang farmasi, yaitu dengan meningkatkan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan.
Pada Pameran Pembangunan Kesehatan itu, kita dapat menjumpai berbagai stand kesehatan sesuai spesialisasinya, ada dari RS. Bhakti Husada, Kebidanan, Perkembangan Anak, dan lain-lain. Saya hanya sempat mampir ke tiga stand tersebut, karena langsung mengikuti acara Talkshow. Di stand RS. Bhakti Husada, saya sempat mengikuti kuis mengenai narkoba. Cukup menambah pengetahuan kita. Di stand Perkembangan Anak, saya menanyakan soal anak kedua saya yang susah diajari membaca, usianya sudah 7 tahun. Sayangnya, si mbaknya kurang bisa menjawab pertanyaan, hanya menyuruh saya untuk menghubungi nomor konsultasi yang ada di brosur. Dia mengatakan kemungkinan Dislexia, tapi tetap harus diperiksa dulu oleh ahlinya.
Demo membuat jamu |
Talkshow dimulai pukul 10.00 WIB dan dibuka dengan demo membuat jamu oleh kru Kampung Djamoe Organic bentukan Ibu Dr. Martha Tilaar, seorang pengusaha jamu dan kosmetik herbal yang sangat tersohor. Kampung Djamoe Organic yang berlokasi di pusat industri Cikarang, Bekasi itu aktif mengedukasi pengunjung mengenai jamu-jamu herbal yang bermanfaat untuk kesehatan. Dalam demo kemarin, kami disuguhi dua resep membuat jamu, diantaranya untuk menurunkan kolesterol. Resepnya mudah saja, hanya dengan memblender buah mangga, jeruk nipis, jahe, dan daun jati belanda. Saya pun mencicipinya dan rasanya enak.
Ini dia jamu menurunkan kolesterol |
Kurang lebih setengah jam kemudian, Mira Sahid selaku perwakilan dari GeMa CerMat pun menaiki panggung dan membuka acara beserta dua orang narasumber: Dr. Purnamawati Sp.A(K), pendiri Yayasan Orang Tua Peduli (YOP), anggota Komite Pengendalian Anti Mikroba Kemenkes RI, dan Dr. Azizahwati, Apt, Ketua Umum Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta dan Praktisi Farmasi Komunitas.
Mira Sahid, Dr. Azizah Wati, Dr. Purnamawati |
Narasumber pertama, Dr. Purnamawati Sp.A(K) menjelaskan mengenai penyakit-penyakit langganan yang tidak memerlukan obat, yaitu flu, batuk, pilek, muntah, dan diare. Kalau kita ke dokter anak, pasti dikasih antibiotic untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut. Padahal, penyakit-penyakit tersebut tidak memerlukan antibiotic, malah tidak perlu obat. Pada umumnya, bisa sembuh sendiri. Untuk diare, obatnya cukup dengan oralit. Kalau kita terbiasa minum antibiotic, bakteri akan resisten (kebal) terhadapnya, bahkan bisa mematikan bakteri yang baik.
Pernah dengar kan yang namanya bakteri dan virus? Apa persamaan keduanya? Ada yang menjawab, keduanya sama-sama makhluk hidup. Memang, keduanya hidup, tapi ternyata virus bukan mahkluk hidup karena tidak dapat membiakkan diri. Bakteri adalah makhluk hidup, karena jumlahnya bisa bertambah. Bakteri itu ada yang baik dan yang jahat. Bakteri baik justru bermanfaat untuk pertahanan diri. Penyakit yang selama ini sering mampir, seperti batuk, muntah, diare, dan panas, itu sebenarnya itu pertahanan diri. Saat batuk, artinya tubuh sedang membersihkan paru-paru. Jika tubuh demam (panas), berarti dia sedang melawan bakteri jahat dengan memanaskannya. Contohnya, kita mematikan kuman di air (supaya bisa diminum), dengan memanaskannya (memasaknya). Kalau muntah dan diare, artinya tubuh sedang membuang racun.
Apa beda bakteri dan virus? |
Nah, itu dia mengapa penyakit-penyakit langganan itu sesungguhnya tidak perlu obat antibiotik, kecuali kalau sudah mengeluarkan darah. Bagaimana cara mengatasinya? Cukup dengan istirahat, banyak minum, minum Paracetamol (itupun jika tubuh sudah tidak terasa nyaman) saat demam dan sakit kepala, matikan AC, jangan minum antibiotic, dan jangan menulari orang lain (gunakan masker, cuci tangan dengan sabun, menutup mulut saat batuk). Agar tidak mudah sakit, caranya dengan makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, cuci tangan dengan sabun, imunisasi lengkap, dan berolahraga.
Penggunaan antibiotic yang berlebihan itu ternyata justru bisa menambah sakit dan bahkan menyebabkan kematian! Duh, ngeri ya. Jadi, sudah paham kan, sekarang tidak perlu sebentar-sebentar ke rumah sakit sampai antri berjam-jam. Kalau penyakitnya ringan, tidak perlu obat. Parasetamol juga hanya diminum saat tubuh sudah terasa tidak nyaman. Kalau baru panas-panas sedikit, jangan diminum dulu. Biasanya, tubuh mulai terasa tidak nyaman saat suhu tubuh sudah mencapai 39 derajat Celsius. Cara untuk menurunkan panas yang paling mudah, tanpa obat, ya dengan mengompres air hangat dan minum yang banyak.
Caranya gampang! |
Selanjutnya, Dr. Azizah Wati, Apt, menjelaskan tentang macam-macam obat dengan memanggil beberapa peserta ke depan. Mereka diberikan obat-obatan yang biasa didapatkan di apotek. Perhatikan logonya, ternyata logonya berbeda-beda lho. Ada yang warnanya biru, hijau, dan merah. Logo merah itu berarti obat keras dan mengandung antibiotic. Penggunaannya harus dengan resep dokter. Ingat, yah, lebih baik membeli obat di apotek daripada di warung! Kalau di apotek, kita bisa tanya ke apoteker mengenai manfaat obat tersebut. Selain itu, penyimpanannya juga lebih higienis dan kadaluarsanya pun diperhatikan. Coba kalau di warung, sering kali disimpan sekenanya, juga tidak diperhatikan kadaluarsanya. Sedangkan logo biru dan hijau dapat dibeli bebas, tapi logo biru harus menaati aturan pakainya.
Dr. Azizah juga memberikan tips menyimpan obat, yaitu di dalam kotak obat (tempat penyimpanan khusus), atau di dalam toples yang bersih. Jangan bercampur dengan benda-benda lain yang bukan obat. Hindari juga terkena sinar matahari langsung, karena itu dapat merusak obat. Biarpun tanggal kadaluarsanya masih lama, obat bisa rusak kalau penyimpanannya tidak benar. Cara meminum obat pun bukan hanya sehari tiga kali atau dua kali, tapi jarak waktunya harus sama. Misalnya, setiap enam jam sekali. Sedangkan kalau malam, tidak mengapa jaraknya lebih lama, karena mekanisme tubuh melambat saat tidur.
Dengan adanya talkshow ini, diharapkan kita menjadi lebih cerdas dalam menggunakan obat, terutama antibiotic. Jangan sampai kita yang tadinya mau sembuh, eh malah sakit gara-gara kebanyakan minum antibiotic. Acara juga diisi dengan kuis-kuis menarik berhadiah merchandise. Asyiknya, yang dapat hadiah. Kemudian, ditutup dengan perkenalan Gema Cermat dari Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian, Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt, M.Pfarm dan foto-foto bersama narasumber dan Ibu Maura Linda Sitanggang, PhD, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan (Dirjen Binfar dan Alkes).
Alhamdulillah, senang sekali, dengan mengikuti acara ini, saya jadi tahu cara cerdas menggunakan obat.
Blogger GeMa CerMat dan Ibu Maura Linda Sitanggang, PhD. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar