Rabu, 23 Desember 2015

Mencari Kebahagiaan

Assalamu'alaikum. Mumpung terbangun di dini hari gara-gara gigitan nyamuk, saya mau menuliskan sesuatu yang belakangan ini menjadi bahan renungan. Kalau soal kabar artis Korea yang cantik dan sedang menuju terkenal tapi bunuh diri sih bukan hal aneh. Cukup banyak artis Korea yang bunuh diri, meskipun dikaruniai kecantikan dan popularitas. Zaman ABG dulu, saya kepingin sekali berada di posisi artis-artis itu. Memiliki hidung yang mancung, kulit putih dan mulus, tubuh ramping, muncul di layar kaca, dan terkenal. Anehnya, kenapa malah mereka yang bunuh diri ya? Memang cape deh mengharapkan kesempurnaan dalam hidup. Saya pernah mengalami usaha memancungkan hidung dengan menarik-narik hidung, menggosok badan dengan batu apung supaya kulitnya putih, dan mematuti layar kaca berjam-jam hanya untuk menyesalkan mengapa saya nggak dilahirkan secantik artis? Untungnya, saya nggak bunuh diri. 




Kemudian, saya membaca tulisan seorang muslimah yang juga penulis dan blogger ngetop di blognya, mengenai alasannya melepas jilbab yang sudah dikenakannya selama 15 tahun. Kurang lebih dia mengatakan bahwa dia bahagia dengan pilihannya sekarang ini (melepas jilbab). Dia ingin mencari jati dirinya. Saya nggak akan menghakimi pilihannya untuk bahagia ya, karena bahagia itu relatif. Ada orang yang bahagia setelah mengisap narkoba, ada orang yang bahagia setelah semalaman dugem di diskotek bareng teman-temannya, ada orang yang bahagia setelah melakukan sodomi ke anak-anak laki-laki, dan banyak lagi. Kebahagiaan kalau menggunakan kacamata manusia memang bergantung pada manusia itu sendiri. Entah itu kebahagiaan yang positif maupun negatif.

Hidup memang tak selalu semanis waffle. Terkadang pahit seperti pare dan asam seperti rujak. Kalau sedang bahagia, seringnya kita lupa dengan Pemberi Kebahagiaan. Sebaliknya, kalau sedang kena pahitnya, baru deh kita ingat dan menyalahkan-Nya. "Ya Tuhan, kenapa sih nasib gue gini amat?" Begitulah manusia. Makanya aneh kan kenapa artis Korea yang cantik dan terkenal itu bisa bunuh diri, padahal banyak gadis lain yang ingin bisa berada di posisinya. Juga kenapa penulis dan blogger ngetop itu melepas jilbabnya, padahal banyak penulis dan blogger belum ngetop (seperti saya) yang "ngiri" dengan apa yang sudah diraihnya. Why???

Mencari kebahagiaan, katanya. Si artis Korea yakin bisa mendapatkan kebahagiaannya setelah bunuh diri. Si penulis dan blogger ngetop itu juga yakin bisa mendapatkan kebahagiaan dengan melepas jilbabnya. Jilbab di sini hal yang prinsip ya, karena dia sudah pakai selama 15 tahun. Beda dengan emak-emak yang pakai jilbab hanya kalau mau kondangan atau pergi jauh, tapi kalau ke warung depan masih berkibaran rambutnya.

Saya pernah membaca sebuah kutipan di buku yang bunyinya, "kebahagiaan itu harus dicari di mana pun berada." Untuk itulah saya berusaha mengusir kemalasan datang ke pengajian pekanan dan kebetulan rekan saya memberikan kultum dengan tema kebahagiaan. Bagi saya, itu kebahagiaan juga. Pas banget dengan yang sedang mengusik pikiran saya. Ada tujuh kebahagiaan dunia menurut Imam Al Ghazali, tapi saya cuma ingat empat saja nih. Harus buka buku catatan lagi. Empat saja dulu ya:

Pasangan yang Soleh/ah
Ini berarti suami/ istri. Mestinya pernikahan membuat kita bahagia, karena kita sudah nggak dikatain jomblo lagi. Hati tenang karena ada pasangan. Mau bobo juga udah nggak sendirian. Tapi kenapa banyak suami istri yang merasa nggak bahagia meskipun sudah menikah? Karena mereka belum mendapatkan pasangan yang soleh/ah. Bukan berarti lepas dari ujian. Memiliki pasangan yang soleh/ah juga masih akan diuji, tapi insya allah bisa dilewati dengan keteguhan iman karena saling mengingatkan. Ah, indahnya rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.

Anak yang Soleh/ah 
Punya anak yang soleh/ah juga menjadi penentu kebahagiaan. Coba kalau anaknya suka tawuran, suka membantah, tahu-tahu ngasih kabar menghamili anak orang (naudzubillahi!), pasti orangtuanya stres dan pusing kenapa punya anak seperti itu. Lain halnya kalau si anak itu penurut, baik, pintar, rajin membantu orangtua, rajin beribadah, orangtua pasti senang dan bahagia. Jadi, memiliki anak yang soleh/ah memang menjadi salah satu penentu kebahagiaan.

Gimana kalau nggak punya anak? Saya sedih juga melihat seorang nenek yang suaminya baru meninggal dunia. Mereka nggak bisa punya anak. Sekarang nenek itu tinggal sendirian, setiap hari duduk di tangga depan rumahnya sambil melamun. Sebaliknya, ada juga nenek tetangga saya yang sama juga nggak bisa punya anak. Bedanya, dia punya anak angkat. Anak angkatnya itu memilih tinggal di dekat rumah ibu angkatnya. Si anak angkat sudah punya dua anak. Jadilah nenek itu nggak kesepian karena anak dan cucu angkatnya itu tiap hari main ke rumahnya. Saya menyarankan kepada pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah dan belum punya anak, cobalah tengok panti-panti asuhan. Di sana banyak anak yang membutuhkan orangtua. Kasihan mereka nggak merasakan belaian dan pelukan orangtua. Mereka juga bisa menjadi anak yang soleh/ah dan bekal orangtua angkatnya untuk masuk surga.

Tetangga dan Lingkungan yang Baik
Banyak orang yang bunuh diri karena omongan atau hinaan orang lain. Itu berarti mereka memiliki lingkungan pergaulan yang nggak baik. Orang-orangnya suka menjatuhkan, menghina, menikung, mengkhianati, sehingga membuat stres dan kepikiran untuk bunuh diri. Jadi benar juga dong kalau kita memiliki teman, tetangga, dan berada di lingkungan yang baik itu bisa bikin kita bahagia. Enaknya punya tetangga yang suka kirim makanan, nggak pernah ngajakin berantem, selalu menjenguk saat kita sakit, dan lain-lain. Bahagia sekali rasanya.

Harta yang Bermanfaat
Punya banyak harta tapi dimakan sendiri itu rupanya nggak enak. Udah nggak kehitung deh orang kaya yang masih belum bahagia meskipun kekayaannya di mana-mana. Lain halnya kalau sebagian hartanya dikasih ke anak-anak yatim dan fakir miskin. Mereka akan mendoakan si pemberi agar selalu dikarunia kesehataan dan kebahagiaan. Doa orang miskin itu makbul. Kita hanya boleh iri pada dua orang, yaitu orang yang menghafal Al Quran dan orang kaya yang dermawan.

Semoga kita bisa meraih kebahagiaan yang sesuai dengan jalan yang lurus, sebagaimana tersurat dalam Quran Surat Al Fatihah yang setiap hari kita baca lebih dari 12 kali. Aamiin... Saat kita sedang makan pare, imbangilah dengan minum teh manis. Insya allah rasanya tetap semanis waffle. Maksudnya, saat kita sedang merasa tak bahagia, cobalah untuk mensyukuri nikmat yang sudah diberikan-Nya (dan bukan menjauhi-Nya), barangkali dari situ kita menemukan apa maksud penciptaan diri kita dan mengapa kita harus bahagia karenanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar