Cokelat sepertinya sudah menjadi makanan favorit sebagian besar perempuan. Cokelat konon bisa mengatasi stres. Walaupun demikian, makan cokelat terlalu banyak juga bisa berdampak pada kenaikan berat badan. Saya ingat dulu sewaktu hamil anak pertama dan susah makan karena mual dan muntah, suami membelikan beraneka ragam makanan yang mengandung cokelat. Cokelat batangan, wafer cokelat, biskuit cokelat, dan lain-lain. Namanya juga sedang mual, makanan enak-enak itu saya biarkan tergeletak di samping tempat tidur. Akhirnya, suami pula yang memakannya.
Dalam kondisi normal, tentu saja saya juga suka cokelat. Sama seperti kebanyakan perempuan, saya juga kadang-kadang berharap dihadiahi cokelat oleh suami. Dulu iya waktu belum punya anak. Suami pernah membelikan cokelat Valentine. Eh, bukan dalam rangka merayakan Valentine lho. Melainkan karena cokelat tersebut sedang diskon 50% karena sudah hari kedua setelah Valentine. Kami tidak merayakan Valentine, tapi kalau ada cokelat yang sedang diskon, masa dianggurkan? Cokelat Cadburry dihargai Rp 10.000 saja per batangnya, ukuran besar. Gimana nggak mupeng?
Sayang, sekarang suami sudah amat jarang membelikan cokelat, karena jatahnya sudah dikasihkan ke anak-anak, hehe.... Nah, minggu lalu, tanggal 6 Desember, saya diundang ke acara sebuah peluncuran produk makanan yang mengandung cokelat di kafe cokelat: Pipiltin Cocoa. Mungkin supaya nyambung dengan produk yang diluncurkan, jadi tempatnya pun di kafe cokelat. Namun, karena saya langsung fokus ke acara, jadi saya tidak sempat melihat-melihat menu kue berbahan cokelat yang dipajang di etalase. Apalagi saya membawa tiga anak balita yang super aktif dan harus diawasi terus agar tidak mengacak-acak kafe yang mungil itu.
Pipiltin Cocoa yang saya datangi beralamat di Jl. Senopati 27 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bayangan saya bahwa tempat ini bakal besar, ternyata meleset. Terletak di deretan ruko-ruko di Jalan Senopati, kafe cokelat ini terlihat kecil dengan lapangan parkir yang juga tidak luas. Sempat bingung sebelum memasuki kafe, seorang pelayan tiba-tiba membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk. Bangku-bangku yang tersedia juga tidak banyak. Saya disuguhi daftar menu, yang rupanya bukan cokelat. Menu itu sudah disiapkan oleh panitia acara tersebut. Agaknya menu-menu yang disajikan itu berupa masakan Meksiko. Nama-namanya asing, jadi saya asal pilih saja. Saya memilih Slow Cooked Chicken Rolled dan Ice Tea. Untuk minumannya bukan hanya teh, ada kopi dan Hot Chocolate juga kok.
Untungnya, di tengah acara, disajikan pula cemilan cokelat yang sesuai dengan kafe ini. Akhirnya saya bisa mencicipi cokelatnya. Saya memilih yang bentuk batang, rasa cokelatnya bercampur dengan mint. Enak sekali. Saat jam makan siang, pesanan saya pun datang. Slow Cooked Chicken Rolled itu sejenis ayam giling dibungkus tepung dadar. Di menunya tertulis kalau itu mengandung: Tortilla, Chicken Cornflakes, Yogurt Dressing, Tomato Sauce, Pickle, dan Mozzarella. Di sekitarnya ditambahi keripik kentang. Itu harganya sekitar Rp 65.000-an. Hm, lumayan mahal sih buat saya, tapi mungkin itu harga yang lazim untuk kafe di sekitar Jalan Senopati. Kandungannya sepertinya banyak, tapi setelah dimakan eh kurang mengenyangkan, hehe. Maklum deh, perut nasi. Kalau belum makan nasi, berasa kurang. Bisa tambah menu, tapi sepertinya saya kurang cocok dengan masakan Meksiko. Saya melihat pesanan teman lain, Club Sandwich, malah sepertinya lebih mengenyangkan.
Untuk nongkrong-nongkrong atau even dengan peserta terbatas, Pipiltin Cocoa ini bisa dijadikan rekomendasi. Di lantai atas sepertinya tersedia tempat duduk juga, tapi saya belum melihatnya. Hanya mengira-ngira dari luar bangunan dan ada tangga naik ke atas. Sebenarnya ada wifi, tapi entah kenapa internetnya nggak konek-konek. Wah, mesti diperbaiki nih, karena harga makanan yang lumayan mahal itu harusnya dibayar juga dengan wifi gratis yang oke. Anak muda zaman sekarang kan nongkrong-nongkrong itu tujuannya untuk nyari wifi gratis. Apalagi kami datang dan ikut kampanye sosial media, eh begitu mau pakai wifinya, nggak bisaaa.... Jadi, pake internet sendiri dari hape.
Whoops, tempat parkirnya terbatas, jadi ya berangkat lebih pagi saja jika ada even di sini. Kalau naik kendaraan pribadi, rutenya lebih mudah karena tak jauh dari Blok M. Kalau naik kereta, turun di Stasiun Sudirman, lalu disambung dengan bus ke arah Blok M, dan dilanjutkan dengan naik ojek ke lokasi. Yang mau ngasih kado cokelat nggak biasa, boleh deh mampir ke sini.
Untuk nongkrong-nongkrong atau even dengan peserta terbatas, Pipiltin Cocoa ini bisa dijadikan rekomendasi. Di lantai atas sepertinya tersedia tempat duduk juga, tapi saya belum melihatnya. Hanya mengira-ngira dari luar bangunan dan ada tangga naik ke atas. Sebenarnya ada wifi, tapi entah kenapa internetnya nggak konek-konek. Wah, mesti diperbaiki nih, karena harga makanan yang lumayan mahal itu harusnya dibayar juga dengan wifi gratis yang oke. Anak muda zaman sekarang kan nongkrong-nongkrong itu tujuannya untuk nyari wifi gratis. Apalagi kami datang dan ikut kampanye sosial media, eh begitu mau pakai wifinya, nggak bisaaa.... Jadi, pake internet sendiri dari hape.
Whoops, tempat parkirnya terbatas, jadi ya berangkat lebih pagi saja jika ada even di sini. Kalau naik kendaraan pribadi, rutenya lebih mudah karena tak jauh dari Blok M. Kalau naik kereta, turun di Stasiun Sudirman, lalu disambung dengan bus ke arah Blok M, dan dilanjutkan dengan naik ojek ke lokasi. Yang mau ngasih kado cokelat nggak biasa, boleh deh mampir ke sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar